Kamis, 18 Desember 2008

Berharap Madrasah Bertaraf Internasional


Berharap Madrasah Bertaraf Internasional

Oleh TATANG IBRAHIM


Pengertian sekolah bertaraf internasional (SBI) setingkat SMA/MA adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didik berbasis standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia berkualitas internasional.
LULUSANNYA dapat diterima di sekolah mana pun di dunia yang kualitasnya sama, tanpa harus dites terlebih dahulu. Dengan kata lain mampu berdaya saing secara internasional.
Rumusan mengenai SBI dapat dituliskan, SBI = (SNP + X), di mana SBI = sekolah berstandar internasional, SNP = standar nasional pendidikan yang meliputi 8 (delapan) standar nasional, dan X = pendalaman, perluasan, dan pengembangan dari SNP untuk menghasilkan lulusan bertaraf internasional. Kurikulumnya menggunakan kurikulum nasional sebagai dasar, tetapi dapat diperkaya dengan kurikulum lain, selama tidak bertentangan dengan falsafah negara kita.
Dalam Pasal 50 ayat 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN, 20/2003) dinyatakan bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.
Berdasarkan pemetaan hingga saat ini, Depdiknas belum menetapkan satu pun SMA yang sudah bertaraf internasional. Yang baru dilakukan sebatas penetapan tahap rintisan sebanyak 199 buah (SMAN = 167 buah, dan SMA swasta = 32 buah) dari sejumlah SMA setanah air. Begitu pula Departemen Agama (Depag) belum menetapkan MA mana yang akan dijadikan tahap rintisan Madrasah Bertaraf Internsional (MBI).
Namun demikian, searah dengan perkembangan tersebut, Depag berupaya melakukan pembaruan dan pengembangan menuju Madrasah Bertaraf Internsional (MBI) yang salah satu prasyaratnya adalah meningkatkan kemampuan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional bagi kepala madrasah dan guru-guru pengajar matematika dan sains.
Untuk mewujudkan rencana tersebut, Depag telah melakukan langkah strategis bekerja sama dengan Program Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan mengadakan MoU dengan pemerintah Malaysia. Indonesia mengirimkan kepala-kepala MA belajar di Universitas Sains Malaysia (USM) selama 2 bulan, (gelombang I dari 3 September - November 2007 berjumlah 34 orang, dan gelombang II, dari 3 Januari - 3 Maret 2008 berjumlah 26 orang). Jumlah peserta seluruhnya 60 orang.
Mereka belajar manajemen pengelolaan MBI dan belajar bahasa Inggris secara intensif. Tujuannya, agar para kepala MA di samping memiliki kemampuan manajerial MBI, juga mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan pihak luar (luar negeri). Tanpa kemampuan itu, sulit bagi lembaga sekelas MBI dalam mengembangkan jaringannya dengan pihak ketiga. Bagi kalangan madrasah, bisa digandengkan dengan kemampuan bahasa Arab. Ini akan membuka peluang lebih luas ke negara- negara petro dolar di Timur Tengah
Rencana Depag selanjutnya adalah dari peserta yang ke Malaysia ini akan diseleksi (terutama kemampuan berbahasa Inggris) untuk dikirim ke Australia magang di sekolah-sekolah lokal, dengan penempatan satu kelas 2 orang guru. Yang telah disepakati pihak Australia berjumlah 30 orang yang pelaksanaannya akan diatur kemudian.
Program ini merupakan langkah maju guna menjawab tuntutan globalisasi dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang bermutu serta untuk membangun citra madrasah yang semakin bergengsi.
Peluang ini tentunya merupakan angin segar bagi kalangan madrasah di tanah air. Sayang, bila dilewatkan begitu saja. Dukungan dari berbagai pihak yang terkait sangat diperlukan, khususnya pemda setempat dalam menyokong terbentuknya MBI. ***
PENULIS, , peserta Program Pengembangan Wawasan Kepala Madrasah di USM Malaysia.