Rabu, 03 Desember 2008

KONSEP PENDIDIKAN AL-GHAZALI


KONSEP PENDIDIKAN AL - GHAZALI
H. Azhar, S.Ag

Banyak pakar pendidikan menempatkan Al-Ghazali sebagai tokoh pendidikan yang sangat cemerlang ide-idenya tentang pendidikan. Al-Ghazali menasehatkan agar di dalam pendidikan perbedaan-perbedaan individual hendaknya diperhatikan. Misalnya, ia beranggapan bahwa kita hendaknya memilih bidang keilmuan yang kiranya seimbang dengan kemampuan intelek serta minat murid. Demikian pula dalam menetapkan bobot studi seorang murid, guru hendaknya mempertimbangkan aspek psikis muridnya.

Tulisan ini tertuju pada pandangan Imam Al-Ghazali. Menurutnya pendidikan yang benar merupakan sarana untuk menyebarluaskan keutamaan di tengah-tengah umat manusia. Al-Ghazali telah banyak menulis tentang masalah-masalah pendidikan, karyanya yang terpenting dalam hal ini adalah Ihya 'Ulum al-Din, Fatih al-'Ulum dan Ayyuha al- Walad, yang memuat pendapat-pendapatnya tentang pendidikan dan akhlak.
Al-Ghazali benar-benar menaruh perhatian terhadap penyebaran ilmu dan pendidikan. Ia beranggapan bahwa penyebaran ilmu dan pendidikan merupakan sarana untuk menyiarkan keutamaan, memelihara jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena itu menurut Al-Ghazali pendidikan tergolong ibadah dan merupakan upaya peningkatan diri. Menurut Al-Ghazali kesempurnaan manusia dalam bertaqarrub kepada Allah, ditentukan oleh ilmunya yang banyak dan lebih sempurna, maka dia pun akan lebih dekat dan lebih menyerupai malaikat.

Tujuan Pendidikan Menurut Al-Ghazali

Al-Ghazali mempunyai pandangan berbeda dengan kebanyakan ahli filsafat pendidikan Islam mengenai tujuan pendidikan. Ia menekankan tugas pendidikan adalah mengarah pada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dimana fadhilah (keutamaan) dan taqarrub kepada Allah merupakan tujuan yang paling penting dalam pendidikan, sebagaimana ungkapannya: "Manakala seorang ayah menjaga anaknya dari siksaan dunia, hendaknya ia menjaganya dari siksaan api neraka dengan cara mendidik dan melatihnya serta mengajarnya dengan keutamaan akhirat, karena akhlak yang baik merupakan sifat Rasulullah SA W dan sebaik-baik amal perbuatan orang-orang yang jujur terpercaya, dan merupakan realisasi dari buah ketekunan taqarrub ilallah".
Selanjutnya beliau mengatakan: Wajiblah bagi seorang guru untuk mengarahkan murid kepada tujuan mempelajari ilmu, yaitu taqarrub kepada Allah SWT, bukannya mengarahkan kepada jabatan dan kemegahan. Dari hal ini jelaslah bahwa Al-Ghazali berpendirian bahwa tujuan pendidikan menurut beliau adalah bersifat keagamaan dan akhlak untuk mendekatkan diri kepada Allah dan sekaligus untuk mendapatkan keridhaan-Nya, karena agama merupakan sistem kehidupan yang menitik beratkan pada pengamalan.

Al-Ghazali berpendapat: ... maka barangsiapa mengajarkan ilmu dan mengamalkan apa yang diajarkan, ia akan mendapatkan kebesaran di dalam cakrawala langit seperti kebesaran matahari menyinari benda-benda lainnya, ia menerangi jiwanya sendiri, atau bagaikan minyak kasturi yang semerbak bau harumnya (maka ia menjadi harum).
Dari pendapat-pendapat Al-Ghazali di atas dapat dijelaskan bahwa tujuan pendidikan menurut beliau adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk mencari kedudukan dan kemegahan. Karena kalau tujuan pendidikan diarahkan bukan pada mendekatkan diri kepada Allah akan dapat menimbulkan kedengkian, kebencian dan permusuhan.
Dalam rangka pembentukan insan kamil, Al-Ghazali lebih cenderung membagi tujuan pendidikan Islam kepada tiga bagian yaitu:

a. Mempelajari ilmu pengetahuan bukan semata-mata untuk ilmu pengetahuan.

Al-Ghazali berprinsip hidup di dunia memang memerlukan pengetahuan dan keterampilan, serta dianjurkan untuk meneliti alam jagat raya, selama itu mengandung unsur nilai agama. Inilah sebabnya Al-Ghazali memberikan kajian bahwa tujuan pendidikan lslam adalah mencari ilmu bukan semata-mata untuk ilmu pengetahuan. Ilmu itu bersumber pada taqarrub ilallah. Al-Ghazali mengatakan: Apabila engkau memandang kepada ilmu, maka engkau akan melihat kelezatan pada zatnya, oleh karena itu dicari zatnya dan kamu menjumpai (ilmu) sebagai perantara untuk menuju kampung akhirat, itu merupakan kebahagiaan dan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala.

Dari ungkapan tersebut jelas menunjukkan bahwa penelitian, penalaran dan pengkajian yang mendalam dengan mencurahkan tenaga dan pikiran adalah mengandung kelezatan intelektual dan spiritual yang akan menumbuhkan ruh ilmiah. Al-Ghazali sangat menganjurkan kepada para pelajar agar menjadi orang yang cerdas, pandai berfikir, mengadakan penelitian yang mendalam dan dapat menggunakan akal pikirannya dengan baik dan optimal, untuk menguasai ilmu pengetahuan dengan sesungguhnya dan mengerti maksudnya. Dalam hal ini Amir Daien Indra Kusuma menyatakan: "Tujuan dari pendidikan kecerdasan adalah mendidik anak agar dapat berfikir secara kritis, berfikir secara logis, kreatif dan reflektif".
Dapat dikatakan, bahwa aspek kecerdasan, keilmuan dan cinta kebenaran yang dikemukakan Al-Ghazali mempunyai relevansi dengan dunia pendidikan modern, karena sama-sama meng-anjurkan untuk menggalakkan penelitian dan pengembangan ilmu penge-tahuan secara luas dan merata.

b. Membentuk akhlakul karimah.

Al-Ghazali juga memberikan gagasan tujuan pendidikan lslam ialah untuk membentuk akhlakul karimah. Al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan murid dalam mempelajari segala ilmu pengetahuan pada masa sekarang adalah kesempurnaan dan keutamaan j iwa-j iwanya.
Dari pernyataan di atas, jelaslah bahwa Al-Ghazali menghendaki keutamaan jiwa, kemuliaan akhlak dan kepribadian yang kuat, merupakan tujuan utama dari pendidikan bagi manusia, karena akhlak adalah aspek fundamental dalam kehidupan seseorang, masyarakat maupun suatu negara. Dalam hal ini Al-Ghazali memberikan nasehat kepada murid-muridnya:
Hai anakku! Ilmu yang tidak disertakan dengan amal itu namanya gila, dan amal tidak pakai ilmu itu sia-sia, dan ketahuilah bahwa semata-mata ilmu saja tidak akan menjauhkan maksiat di dunia ini dan tidak akan membawa kepada sebuah ketaatan, dan di akhirat kelak nanti tidak akan memelihara dan menghindarkanmu dari neraka jahannam.

c. Kebahagiaan dunia dan akhirat.

Menurut Al-Ghazali pencapaian kebahagiaan dunia dan akhirat merupakan tujuan pendidikan umum. Hal ini sejalan dengan pendapat para pakar pendidikan serta ada relevansinya dengan tujuan pendidikan sekarang ini. Persamaan ini terlihat dari ungkapan Al-Ghazali sebagai berikut: "Dan sesungguhnya engkau mengetahui bahwa hasil ilmu pengetahuan adalah mendekatkan diri kepada Tuhan pencipta alam, menghubungkan diri dan berhampiran dengan ketinggian malaikat, demikian itu di akhirat. Adapun di dunia adalah kemuliaan, kebesaran, dan pengaruh".
Al-Ghazali juga mengatakan: "Tujuan manusia itu tergantung dalam agama dan dunia. Agama tidak akan teratur melainkan dengan teraturnya dunia. Dunia adalah ladang tempat persemaian benih-benih akhirat. Dunia adalah alat yang menghubungkan seseorang dengan Allah. Sudah barang tentu, bagi orang yang menjadikan dunia hanya sebagai alat dan tempat persinggahan, bukan bagi orang yang menjadikan sebagai tempat tinggal yang kekal dan negeri yang abadi". Melihat rumusan di atas, dapat dikatakan tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali, sebagaimana dikutip oleh Zainuddin dkk, sebagai berikut:

 Aspek keilmuan, yang mengantarkan manusia agar senang berfikir, menggalakkan penelitian dan mengembangkan ilmu pengetahuan, menjadi manusia yang cerdas dan terampil.
 Aspek kerohanian, yang mengantarkan manusia agar berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur dan berkepribadian kuat.
 Aspek ketuhanan, yang mengantarkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan ketika hidup di dunia ini dan di akhirat nanti.

Konsep Pendidikan Menurut Al-Ghazali

Ada hal-hal penting untuk diperhatikan dalam mengkaji pemikiran Al-Ghazali dalam lapangan paedagogik, antara lain ialah besarnya perhatian Al-Ghazali terhadap ilmu dan pengajaran, serta kuatnya keyakinan bahwa pengajaran yang benar merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Atas dasar ini, maka Al-Ghazali menempatkan guru pada kedudukan yang tinggi dan menaruh kepercayaan kepada guru yang saleh, yang dipandangnya sebagai pembimbing dan pendidik yang baik.

Menurut pandangan Al-Ghazali, ilmu dapat dilihat dari dua segi yaitu ilmu sebagai proses dan ilmu sabagai objek. Dari segi proses, Al-Ghazali membagi ilmu menjadi ilmu hissiyah, ilmu 'aqliyah dan laduni. llmu hissiyah diperoleh manusia melalui penginderaan, ilmu 'aqliyah diperoleh melalui kegiatan berfikir, sedangkan ilmu laduni diperoleh langsung dari Allah SWT tanpa melalui proses penginderaan dan pemikiran (nalar), melainkan melalui hati. Kemudian ilmu sebagai objek menurut Al-Ghazali dapat dibagi menjadi tiga kelompok:
Ilmu pengetahuan yang tercela secara mutlak, baik sedikit maupun banyak seperti sihir. l1mu ini tercela karena tidak memiliki nilai manfaat baik di dunia maupun di akhirat.

Llmu pengetahuan yang terpuji, baik sedikit maupun banyak, namun kalau banyak lebih terpuji seperti ilmu agama dan ilmu tentang beribadah. l1mu ini terpuji karena dapat melepaskan manusia yang mempelajarinya dari perbuatan tercela, membantu manusia mengetahui kebaikan dan mengerjakannya, memberi tahu manusia ke jalan dan usaha mendekatkan diri kepada Allah dalam mencari ridhaNya guna mempersiapkan dunia untuk kehidupan akhirat yang kekal.
Ilmu pengetahuan yang dalam kadar tertentu terpuji, tetapi jika mendalaminya menjadi tercela, seperti ilmu filsafat. Menurut Al-Ghazali, ilmu-ilmu tersebut jika diperdalam akan menimbulkan kekacauan pikiran dan keraguan, yang akan mendorang manusia kepada kufur dan ingkar.

Dari ketiga kelompok ilmu tersebut, Al-Ghazali membagi lagi ilmu menjadi dua kelompok ilmu dilihat dari segi kepentingannya, yaitu:

 Ilmu yang wajib (fardhu) diketahui oleh semua orang, yaitu ilmu agama, ilmu yang bersumber pada kitab Allah.
 Ilmu yang hukum mempelajarinya fardhu kifayah, yaitu ilmu yang digunakan untuk memudahkan urusan duniawi seperti ilmu hitung dan kedokteran.
Al-Ghazali merupakan seorang ulama besar yang menaruh perhatian yang cukup tinggi terhadap pendidikan. Corak pendidikan yang dikembangkannya tampak dipengaruhi oleh pandangannya tentang tasawuf dan fikih. Hal ini tidak mengherankan karena dalam bidang ilmu tersebut itulah Al-Ghazali memperlihatkan kecenderungannya yang besar. Konsep pendidikan yang dikemukakannya nampak selain sistematik dan komprehensif juga secara konsisten sejalan dengan sikap dan kepribadiannya sebagai seorang sufi.